Oda Nobunaga (1534–1582) adalah seorang daimyo (tuan tanah feodal) Jepang yang terkenal karena perannya dalam menyatukan Jepang selama periode Sengoku, masa perang saudara yang berlangsung selama lebih dari satu abad. Nobunaga dianggap sebagai salah satu dari “Tiga Pemersatu Jepang,” bersama Toyotomi Hideyoshi dan Tokugawa Ieyasu.
Awal Kehidupan
Nobunaga lahir pada 23 Juni 1534 di Nagoya, Provinsi Owari (kini Prefektur Aichi), sebagai putra Oda Nobuhide, seorang daimyo kecil yang menguasai sebagian wilayah Owari. Ia dikenal sebagai anak yang eksentrik dan tak terduga, sehingga mendapat julukan “Owari no Ōutsuke” (Si Gila dari Owari). Setelah kematian ayahnya pada tahun 1551, Nobunaga harus bersaing dengan kerabatnya untuk memperebutkan kendali klan Oda.
Kebangkitan Nobunaga
Pada tahun 1559, Nobunaga berhasil mengkonsolidasikan kekuasaan di dalam klan Oda dan mulai memperluas wilayahnya. Ia dikenal sebagai pemimpin yang inovatif dan taktis, menggunakan teknologi dan strategi baru untuk memenangkan pertempuran. Salah satu pencapaian awalnya yang terkenal adalah kemenangan dalam Pertempuran Okehazama (1560), di mana pasukannya yang jauh lebih kecil berhasil mengalahkan pasukan besar Imagawa Yoshimoto melalui serangan mendadak.
Peran dalam Penyatuan Jepang
Nobunaga terus memperluas kekuasaannya melalui perang dan aliansi politik. Ia mereformasi sistem pemerintahan, menghancurkan kekuatan daimyo yang lemah, dan menggulingkan institusi keagamaan yang menjadi ancaman politik, seperti Kuil Enryakuji di Gunung Hiei. Ia juga dikenal karena adopsinya terhadap senjata api, yang sangat memengaruhi taktik perang Jepang.
Pada 1573, Nobunaga berhasil menggulingkan Keshogunan Ashikaga yang sudah melemah, menandai berakhirnya era kekuasaan shogun tradisional. Ia kemudian menguasai sebagian besar Jepang tengah, termasuk Kyoto, pusat politik dan budaya.
Kisah Percintaan
1. Nōhime (Lady Nō)
Nōhime adalah istri pertama dan satu-satunya yang resmi diakui oleh Oda Nobunaga. Pernikahan mereka adalah aliansi politik yang diatur oleh ayahnya, Saitō Dōsan, seorang daimyo dari Provinsi Mino.
- Hubungan Mereka: Meskipun pernikahan ini diatur untuk memperkuat hubungan antara klan Oda dan Saitō, hubungan mereka sering digambarkan dingin. Beberapa sumber menyebutkan bahwa Nobunaga dan Nōhime tidak memiliki anak, yang memunculkan spekulasi bahwa Nōhime mungkin tidak subur.
- Karakter Nōhime: Nōhime dikenal sebagai wanita cerdas, berwibawa, dan terampil dalam seni bela diri. Beberapa legenda menggambarkannya sebagai seorang mata-mata yang bekerja untuk ayahnya, tetapi hal ini masih diperdebatkan.
2. Hubungan dengan Selir
Sebagai daimyo, Oda Nobunaga memiliki beberapa selir, seperti kebiasaan para bangsawan pada masa itu. Salah satu selirnya yang terkenal adalah Kitsuno, yang memiliki hubungan emosional yang lebih dekat dengannya.
- Kitsuno: Ia berasal dari keluarga samurai rendah dan memiliki reputasi sebagai wanita yang sangat cantik dan anggun. Kitsuno memberikan Nobunaga tiga anak, termasuk putra sulungnya, Oda Nobutada. Hubungan mereka dianggap lebih romantis dibandingkan dengan pernikahannya dengan Nōhime.
- Kematian Kitsuno: Kitsuno meninggal muda, yang konon meninggalkan duka mendalam bagi Nobunaga.
3. Kisah Romantis dalam Legenda
Dalam cerita rakyat dan drama sejarah, hubungan Nobunaga sering kali dibumbui dengan elemen romantis untuk menonjolkan sisi manusiawinya. Namun, catatan sejarah yang ada menunjukkan bahwa hidupnya lebih banyak didedikasikan untuk peperangan dan ambisi politik, dengan cinta hanya menjadi bagian kecil dari kisahnya.
Kematian Tragis
Pada puncak kekuasaannya, Nobunaga dikhianati oleh salah satu jenderalnya sendiri, Akechi Mitsuhide. Pada tahun 1582, Mitsuhide melancarkan pemberontakan yang dikenal sebagai Insiden Honnō-ji, saat Nobunaga sedang berada di kuil Honnō-ji di Kyoto. Menyadari bahwa ia tidak dapat melarikan diri, Nobunaga melakukan seppuku (bunuh diri ritual) untuk menghindari ditangkap.
Warisan
Oda Nobunaga dikenal sebagai pemimpin yang visioner dan revolusioner. Ia memulai transformasi Jepang dari negara yang terpecah menjadi satu kesatuan. Walaupun ia tidak sempat menyelesaikan penyatuan Jepang, pekerjaannya dilanjutkan oleh Toyotomi Hideyoshi dan Tokugawa Ieyasu, yang akhirnya mendirikan Keshogunan Tokugawa pada tahun 1603.
Karakter Nobunaga yang penuh semangat, keberaniannya dalam mengambil risiko, dan pendekatannya yang pragmatis terhadap kekuasaan membuatnya dikenang sebagai salah satu tokoh paling penting dalam sejarah Jepang.